Thursday 3 April 2014

Kisah Cinta Paling Sweet dan Indah Dalam Islam [Ada 10 Kisah]


Kisah 1 : Rasulullah Saw dan Khadijah binti Khuwailid
Teladan dalam kisah cinta terbaik tentunya datang dari insan terbaik sepanjang zaman iaitu Rasulullah Saw. Cintanya kepada Khadijah tetap abadi walaupun Khadijah telah meninggal. Alkisah ternyata Rasulullah telah memendam cintanya pada Khadijah sebelum mereka menikah. Saat sahabat Khadijah, Nafisah binti Muniyah menanyakan kesedian Nabi Saw untuk menikahi Khadijah maka Beliau menjawab: “Bagaimana caranya?” Ya, seolah-olah Beliau memang telah menantikannya sejak lama.

Setahun setelah Khadijah meninggal, ada seorang wanita shahabiyah yang menemui Rasulullah Saw, wanita ini bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak menikah? Engkau memiliki 9 keluarga dan harus menjalankan seruan besar." Sambil menangis Rasulullah Saw menjawab, "Masih adakah orang lain setelah Khadijah?" Kalau saja Allah tidak memerintahkan Muhammad Saw untuk menikah, maka pastilah Beliau tidak akan menikah untuk selama-lamanya. Nabi Muhammad Saw menikah dengan Khadijah layaknya para lelaki. Sedangkan pernikahan-pernikahan setelah itu hanya karena tuntutan risalah Nabi Saw, Beliau tidak pernah dapat melupakan istri Beliau ini walaupun setelah 14 tahun Khadijah meninggal.

Masih banyak lagi bukti-bukti cinta dahsyat dan luar biasa islamik Rasulullah Saw kepada Khadijah. Subhanallah.



Kisah 2 : Rasulullah Saw dan Aisyah
Jika Rasulullah Saw ditanya siapa isteri yang paling dicintainya, Rasul menjawab ”Aisyah”. Tapi ketika ditanya tentang cintanya pada Khadijah, beliau menjawab “cinta itu Allah kurniakan kepadaku”. Cinta Rasulullah pada keduanya berbeza tapi keduanya lahir dari satu yang sama: pesona kematangan.

Pesona Khadijah adalah pesona kematangan jiwa. Pesona ini melahirkan cinta sejati yang Allah kirimkan kepada jiwa Nabi Saw. Cinta ini pula yang masih menyertai nama Khadijah tatkala nama tersebut disebut-sebut setelah Khadijah tiada sehingga Aisyah cemburu padanya. Sedangkan Aisyah adalah gabungan dari pesona kecantikan, kecerdasan, dan kematangan diri. Ummu Salamah berkata, “Rasulullah tidak dapat menahan diri jika bertemu dengan Aisyah.” 

Banyak kisah-kisah romantis yang menghiasi kehidupan Nabi Muhammad dan isterinya Aisyah. Rasulullah pernah berlumba lari dengan Aisyah. Rasulullah pernah bermanja diri kepada Aisyah. Rasulullah memanggil Aisyah dengan panggilan kesayangan ‘Humaira’. Rasulullah pernah disisirkan rambutnya dan masih banyak lagi kisah serupa tentang romantika suami-isteri. 


Kisah 3 : Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra
Cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah luar biasa indah, terjaga kerahasiaanya dalam sikap, ekspresi, dan kata hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam satu pernikahan. Ali terpesona pada Fatimah sudah lama, disebabkan oleh kesantunan, ibadah, kecekapan kerja dan paras rupa putri kesayangan Rasulullah Saw itu. Akhirnya Ali memberanikan diri dan ternyata lamarannya kepada Fatimah yang hanya bermodal baju besi diterima.

Di sisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cintanya kepada Ali sejak lama. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah kedua menikah, Fatimah berkata kepada Ali: “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”. Ali pun bertanya mengapa ia tetap mau menikah dengannya dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya. Sambil tersenyum Fathimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu”


Kisah 4 : Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz, khalifah termasyhur dalam Bani Umayyah, suatu kali jatuh cinta pada seorang gadis namun istrinya, Fatimah binti Abdul Malik tak pernah mengizinkannya menikah lagi. Suatu saat dikisahkan bahwa Umar mengalami sakit akibat kelelahan dalam mengatur urusan pemerintahan. Fatimah pun datang membawa kejutan untuk menghibur suaminya. Ia menghadiahkan gadis yang telah lama dicintai Umar, begitu pun si gadis mencintai Umar. Namun Umar malah berkata: "Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya kembali kepada dunia perasaan semacam itu,"

Umar memenangkan cinta yang lain kerana memang ada cinta di atas cinta. Akhirnya ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain. Tidak ada cinta yang mati di sini. Kerana sebelum meninggalkan rumah Umar, gadis itu bertanya, "Umar, dulu kamu pernah mencintaiku. Tapi kemanakah cinta itu sekarang?" Umar bergetar haru, tapi ia kemudian menjawab, "Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya lebih dalam!"


Kisah 5 : Abdurrahman ibn Abu Bakar
Abdurrahman bin Abu Bakar As Siddiq dan isterinya Atika, amat saling mencintai satu sama lain sehingga Abu Bakar merasa khawatir dan pada akhirnya meminta Abdurrahman menceraikan isterinya kerana takut cinta mereka berdua melalaikan dari jihad dan ibadah. Abdurrahman pun menuruti perintah ayahnya walaupun cintanya pada sang isteri begitu besar. Namun tentu saja Abdurrahman tak boleh melupakan isterinya. Berhari-hari ia larut dalam duka meski ia telah berusaha sebaik mungkin untuk lupa. Perasaan Abdurrahman itu pun melahirkan syair cinta indah sepanjang masa:


Demi Allah, tidaklah aku melupakanmu
Walau mentari tak terbit meninggi
Dan tidaklah terurai air mata merpati itu
Kecuali berbagi hati
Tak pernah kudapati orang sepertiku
Menceraikan orang seperti dia
Dan tidaklah orang seperti dia dithalaq karena dosanya
Dia berakhlaq mulia, beragama, dan bernabikan Muhammad
Berbudi pekerti tinggi, bersifat pemalu dan halus tutur katanya

Akhirnya hati sang ayah pun luluh. Mereka diizinkan untuk rujuk kembali. Abdurrahman pun membuktikan bahwa cintanya suci dan takkan mengorbankan ibadah dan jihadnya di jalan Allah. Terbukti ia syahid tak berapa lama kemudian.



Kisah 6 : Thalhah ibn ‘Ubaidillah
Satu hari ia berbincang dengan Aisyah, isteri Rasulullah, yang masih terhitung sepupunya. Rasulullah datang dan wajah beliau riak tak suka. Dengan isyarat, beliau meminta Aisyah masuk ke dalam bilik. Wajah Thalhah memerah. Ia undur diri bersama gumam dalam hati, “Beliau melarangku berbincang dengan Aisyah. Tunggu saja, jika beliau telah diwafatkan Allah, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar ‘Aisyah.

Satu saat dibisikannya maksud itu pada seorang kawan, “Ya, akan kunikahi Aisyah jika Nabi telah wafat.”
Gumam hati dan ucapan Thalhah disambut wahyu. Allah menurunkan firmanNya kepada Nabi dalam ayat ke 53 surat Al Ahzab, “Dan apabila kalian meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tiada boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya sesudah wafatnya selama-lamanya.”

Ketika ayat itu dibacakan padanya, Thalhah menangis. Ia lalu memerdekakan budaknya, menyumbangkan kesepuluh untanya untuk jalan Allah dan menunaikan haji dengan berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya. Kelak tetap dengan penuh cinta dinamainya putri kecil yang disayanginya dengan nama Aisyah. Aisyah binti Thalhah. Wanita jelita yang kelak menjadi permata zamannya dengan kecantikan, kecerdasan, dan kecemerlangannya. Persis seperti ‘Aisyah binti Abi Bakr yang pernah dicintai Thalhah. Subhanallah.


Kisah 7 : Kisah Cinta yang Membawa ke Syurga
Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja' bin Amr An-Nakha'i, ia berkata, "Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia sangat rajin dan taat. Suatu waktu dia berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha'.


Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta. Dan ternyata cintanya pada si wanita cantik tak bertepuk sebelah tangan. Kerana sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang untuk melamar gadis tersebut. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dijodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan melalui seseorang untuk si pemuda, bunyinya, 'Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku.'


Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, 'Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan azab yang akan menimpaku pada hari yang besar. Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobaranya.'


Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, "Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu." Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus karena menahan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia kerananya. Dan pemuda itu seringkali berziarah ke kuburnya, Dia menangis dan mendoakanya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburnya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya, "Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?"


Dia menjawab, "Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan."

Pemuda itu bertanya, "Jika demikian, kemanakah kau menuju?" Dia jawab, "Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rosak."


Pemuda itu berkata, "Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu." Dia jawab, "Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar kita nanti boleh dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah."
Si pemuda bertanya, "bila aku boleh melihatmu?" Jawab si wanita: "Tak lama lagi kau akan datang melihat kami." Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.

Hmm, sebuah kisah cinta yang agung dengan berdasarkan janji bertemu di syurga. Luar biasa. AllahuAkbar.


Kisah 8 : Ummu Sulaim dan Abu Thalhah
Ummu Sulaim merupakan janda dari Malik bin Nadhir. Abu Thalhah yang memendam rasa cinta dan kagum akhirnya memutuskan untuk menikahi Ummu Sulaim tanpa banyak pertimbangan. Namun di luar dugaan, jawapan Ummu Sulaim membuat lidahnya menjadi kelu dan rasa kecewanya begitu menyesakkan dada, meski Ummu Sulaim berkata dengan sopan dan rasa hormat.

"Sesungguhnya saya tidak boleh menolak orang yang seperti engkau, wahai Abu Thalhah. Tapi sayang engkau seorang kafir dan saya seorang muslimah. Maka tak boleh bagiku menikah denganmu. Cuba engkau teka apa keinginan saya?"

"Engkau menginginkan dinar dan kenikmatan," kata Abu Thalhah.
"Sedikitpun saya tidak menginginkan dinar dan kenikmatan. Yang saya inginkan hanya engkau segera memeluk agama Islam," kata Ummu Sualim pantas.
"Tetapi saya tidak mengerti siapa yang akan menjadi pembimbingku?" tanya Abu Thalhah.
"Tentu saja pembimbingmu adalah Rasulullah sendiri," tegas Ummu Sulaim.

Maka Abu Thalhah pun bergegas pergi menjumpai Rasulullah Saw yang mana saat itu tengah duduk bersama para sahabatnya. Melihat kedatangan Abu Thalhah, Rasulullah Saw berseru, "Abu Thalhah telah datang kepada kalian, dan cahaya Islam tampak pada kedua bola matanya."


Ketulusan hati Ummu Sulaim benar-benar terasa mengharukan relung-relung hati Abu Thalhah. Ummu Sulaim hanya nak dinikahi dengan keislamannya tanpa sedikitpun tegiur oleh kenikmatan yang dia janjikan. Wanita mana lagi yang lebih pantas menjadi isteri dan ibu asuh anak-anaknya selain Ummu Sulaim? Hingga tanpa terasa di hadapan Rasulullah Saw lisan Abu Thalhah basah mengulang-ulang kalimat, "Saya mengikuti ajaran Anda, wahai Rasulullah. Saya bersaksi, bahwa tidak ada lain yang berhak diibadahkan kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusanNya."


Menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah, sedangkan maharnya adalah keislaman suaminya. Hingga Tsabit –seorang perawi hadits- meriwayatkan dari Anas, "Sama sekali aku belum pernah mendengar seorang wanita yang maharnya lebih mulia dari Ummu Sulaim, yaitu keislaman suaminya." Selanjutnya mereka menjalani kehidupan rumah tangga yang damai dan sejahtera dalam naungan cahaya Islam.


Kisah 9 : Kisah Seorang Pemuda yang Menemukan Epal
Alkisah ada seorang pemuda yang ingin pergi menuntut ilmu. Di tengah perjalanan dia haus dan singgah sebentar di sungai yang airnya jernih. Dia terus mengambil air dan meminumnya. tak berapa lama kemudian dia melihat ada sebiji epal yang terbawa arus sungai, dia pun mengambilnya dan segera memakannya. Setelah dia memakan segigit epal itu dia segera berkata "Astagfirullah"
Dia merasa bersalah kerana telah memakan epal milik orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu. "Epal ini pasti punya pemiliknya, begitu teruk sekali aku sudah memakannya. Aku harus menemui pemiliknya dan menebus Epal ini".

Akhirnya dia menunda perjalanannya menuntut ilmu dan pergi mencari pemilik epal dengan menyusuri sungai untuk sampai kerumah pemilik epal. Tak lama kemudian dia sudah sampai ke rumah pemilik epal. Dia melihat kebun epal yang epalnya tumbuh dengan lebat.

"Assalamualaikum...."


"Waalaikumsalam wr.wb.". Jawab seorang lelaki tua dari dalam rumahnya.



Pemuda itu dipersilahkan duduk dan dia pun terus mengatakan segala sesuatunya tanpa ada yang ditambahi dan dikurangi. Bahwa dia telah memakan epal yang terbawa arus sungai.

"Berapa harus kutebus harga epal ini agar kau redha epal ini aku makan pakcik". tanya pemuda itu. Lalu pak tua itu menjawab. "Tak usah kau bayar epal itu, tapi kau harus bekerja di kebunku selama 3 tahun tanpa dibayar, apakah kau nak?"

Pemuda itu tampak berfikir, kerana segigit epal dia harus membayar dengan bekerja di rumah pakcik itu selama tiga tahun dan itupun tanpa digaji, tapi hanya itu satu-satunya pilihan yang harus diambilnya agar pakcik itu redha epalnya ia makan."Baiklah pakcik, saya nak."

Alhasil pemuda itu bekerja di kebun pakcik pemilik epal tanpa dibayar gaji. Hari berganti hari, minggu, bulan dan tahun pun berlalu. Tak terasa sudah tiga tahun dia bekerja dikebun itu. Dan hari terakhir dia ingin mengucapkan selamat tinggal kepada pakcik pemilik kebun.

"Pakcik, sekarang waktu ku bekerja di tempatmu sudah berakhir, apakah sekarang pakcik redha kalau epalmu sudah aku makan?

Pakcik itu diam sejenak. "Belum."

Pemuda itu terkejut. "Kenapa pakcik, bukankah aku sudah bekerja selama tiga tahun di kebunmu."
"Ya, tapi aku tetap tidak redha jika kau belum melakukan satu permintaanku lagi."
"Apa itu pakcik?"
"Kau harus menikahi putriku, apakah kau nak?"
"Ya, aku nak." jawab pemuda itu.
Pakcik itu mengatakan lebih lanjut. "Tapi, putriku buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kau nak?"

Pemuda itu berfikir, bagaimana tidak...dia akan menikahi gadis yang tidak pernah dikenalnya dan gadis itu cacat, dia buta, tuli, dan lumpuh. Bagaimana dia nak berkomunikasi nantinya? Tapi dia pun ingat kembali dengan segigit epal yang telah dimakannya. Dan dia pun menyetujui untuk menikah dengan anak pemilik kebun epal itu untuk mencari redha atas epal yang sudah dimakannya.

"Baiklah pakcik, aku setuju."


Segera pernikahan pun dilaksanakan. Setelah ijab kabul pemuda itu pun masuk kamar pengantin. Dia mengucapkan salam dan betapa terkejutnya dia ketika dia mendengar salamnya dibalas dari dalam kamarnya. Seketika itupun dia berlari mencari pakcik pemilik epal yang sudah menjadi mertuanya.

"Ayahanda...siapakah wanita yang ada didalam kamar pengantinku? Kenapa aku tidak menemukan isteriku?" Pakcik itu tersenyum dan menjawab. "Masuklah nak, itu kamarmu dan yang di dalam sana adalah isterimu."

Pemuda itu bingung. "Tapi ayahanda, bukankah isteriku buta, tuli tapi kenapa dia boleh mendengar salamku? Bukankah dia bisu tapi kenapa dia boleh menjawab salamku?"

Pakcik itu tersenyum lagi dan menjelaskan. "Ya, memang dia buta, buta dari segala hal yang dilarang Allah. Dia tuli, tuli dari hal-hal yang tidak pantas didengarnya dan dilarang Allah. Dia memang bisu, bisu dari hal yang sifatnya sia-sia dan dilarang Allah, dan dia lumpuh, kerana tidak boleh berjalan ke tempat-tempat yang maksiat."

Pemuda itu hanya terdiam dan mengucap "Subhanallah....." Dan mereka pun hidup berbahagia dengan cinta dari Allah.


Kisah 10 : Zulaikha dan Yusuf As.

Cinta Zulaikha kepada Yusuf As. konon begitu dalam hingga Zulaikha takut cintanya kepada Yusuf merosak cintanya kepada Allah Swt. Berikut sedikit ulasan tentang cinta mereka.


Zulaikha adalah seorang puteri raja sebuah kerajaan di barat (Maghrib) negeri Mesir. Beliau seorang puteri yang cantik menarik. Beliau bermimpi bertemu seorang pemuda yang menarik rupa parasnya dengan peribadi yang amanah dan mulia. Zulaikha pun jatuh hati padanya. Kemudian beliau bermimpi lagi bertemu dengannya tetapi tidak tahu namanya.

Kali berikutnya beliau bermimpi lagi, lelaki tersebut memperkenalkannya sebagai Wazir kerajaan Mesir. Kecintaan dan kasih sayang Zulaikha kepada pemuda tersebut terus berputik menjadi rindu dan rawan sehingga beliau menolak semua pinangan putera raja yang lain. Setelah bapanya mengetahui isihati puterinya, bapanya pun mengatur risikan ke negeri Mesir sehingga menghasilkan majlis pernikahan dengan Wazir negri Mesir.


Memandang Wazir tersebut atau al Aziz bagi kali pertama, hancur luluh dan kecewalah hati Zulaikha. Hatinya hampa dan amat terkejut, bukan wajah tersebut yang beliau temui di dalam mimpi dahulu. Bagaimanapun ada suara ghaib berbisik padanya: “Benar, ini bukan pujaan hati kamu. Tetapi hasrat kamu kepada kekasih kamu yang sebenarnya akan tercapai melaluinya. Janganlah kamu takut kepadanya. Mutiara kehormatan engkau sebagai perawan selamat bersama-sama dengannya.”

Perlu diingat sejarah Mesir menyebut, Wazir diraja Mesir tersebut adalah seorang kasi, yang dikehendaki berkhidmat sepenuh masa kepada baginda raja. Oleh yang demikian Zulaikha terus bertekat untuk terus taat kepada suaminya kerana ia percaya ia selamat bersamnya.

Demikian masa berlalu, sehingga suatu hari al-Aziz membawa pulang Yusuf a.s. yang dibelinya di pasar. Sekali lagi Zulaikha terkejut besar, itulah Yusuf a.s yang dikenalinya didalam mimpi. Tampan, menarik dan menawan.

Sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Hammad dari Tsabit bin Anas memperjelasnya: "Yusuf dan ibunya telah diberi oleh Allah separuh kecantikan dunia."


Kisah Zulaikha dan Yusuf dirakam di dalam Al Quran pada Surah Yusuf ayat 21 sampai 36 dan ayat 51. Selepas ayat tersebut Al Quran tidak menceritakan kelanjutan hubungan Zulaikha dengan Yusuf a.s. Namun Ibn Katsir di dalam Tafsir Surah Yusuf memetik bahwa Muhammad bin Ishak berkata bahawa kedudukan yang diberikan kepada Yusuf a.s oleh raja Mesir adalah kedudukan yang dulunya dimiliki oleh suami Zulaikha yang telah dipecat. Juga disebut-sebut bahwa Yusuf telah beristerikan Zulaikha sesudah suaminya meninggal dunia dan diceritakan bahawa pada suatu ketika berkatalah Yusuf kepada Zulaikha setelah ia menjadi isterinya, “Tidakkah keadaan dan hubungan kita sekarang ini lebih baik dari apa yang pernah engkau inginkan?”

Zulaikha menjawab, “Janganlah engkau menyalahkan aku, hai kekasihku, aku sebagai wanita yang cantik, muda belia bersuamikan seorang pemuda yang berketerampilan, menemuimu sebagai pemuda yang tampan, gagah perkasa bertubuh indah, apakah salah bila aku jatuh cinta kepadamu dan lupa akan kedudukanku sebagai wanita yang bersuami?”

Dikisahkan bahwa Yusuf menikahi Zulaikha dalam keadaan gadis (perawan) dan dari perkawinan itu memperoleh dua orang putra: Ifraitsim bin Yusuf dan Misya bin Yusuf.

No comments:

Post a Comment